DBD Lebih Mematikan daripada Virus Corona
![]() |
DBD Lebih Mematikan daripada Virus Corona |
Terawan juga sempat berbincang-bincang dengan beberapa pasien DBD yang tengah dirawat di rumah sakit pemerintah tersebut.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, permasalahan di Indonesia tidak hanya soal virus corona. Salah satu penyakit yang justru lebih mematikan adalah demam berdarah dengue (DBD).
"Yang nyata dan kita lihat bahaya yang paling mengancam jiwa saat ini dan yang paling mengancam adalah DBD, sekarang kita bahas yang paling mengancam jiwa saat ini," katanya pada awak media, Senin (9/3). Agen Domino99
"Bahwa permasalahan yang paling mengancam bukan hanya masalah Virus Corona tetapi berbagai penyakit yang justru lebih mematikan, justru lebih berbahaya," ujarnya.
"Ingat sudah 32 orang yang meninggal karena demam berdarah di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan 13 orang yang meninggal dunia adalah di Kabupaten Sikka," katanya lagi.
Dirinya mengakui tidak mau ada penambahan korban lagi akibat DBD, "kita harus berjuang", ucapnya.
"Mudah-mudahan diridhoi oleh Tuhan yang Maha Kuasa supaya semua upaya dan usaha kita untuk mencegah wabah ini atau Kejadian Luar Biasa (KLB) ini menjadi semakin mudah kita atasi dan angka kematiannya bisa kita eliminir menjadi nol khususnya pada DBD yang terjadi saat ini," kata Menkes.
Baca Juga : Cara Khusus untuk Membersihkan Telur
Saat ini apa yang kita lihat dan kita berikan dan apa yang menjadi support kita merupakan konkret dari pemerintah sesuai dengan arahan Bapak Presiden RI Joko Widodo.
"Yang paling penting saat ini bukan hanya sarana untuk pasien tetapi terapi untuk pasien yang paling diutamakan, sehingga kita usahakan dengan preventif dan promotif supaya jumlah kasuanya DBD nya menurun," kata Menkes.Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dominikus Minggu Mere kepada awak media, Senin (9/3/2020) sore menyampaikan dari 21 dan 1 kota Kupang yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur hingga saat ini penderita DBD sebanyak 2.697 orang dan dari kabupaten yang ada di provinsi NTT.
"Kasus DBD yang paling tinggi ada di Kabupaten Sikka yaitu 1.195 dan dengan angka kematiannya 13 orang, pemerintah provinsi NTT bersama pemerintah kabupaten kota di NTT sebetulnya sejak bulan September 2019 sudah melakukan sistim kewaspadaan dini terhadap penyebaran penyakit DBD," ubgkapnya.
Untuk kita ketahui di NTT ini sebetulnya awal musim penghujan mulai awal bulan oktober, namun demikian situasi ini agak lain sejak di tahun 2019 awal musim penghujan itu terjadi di bulan Desember.
Kita ketahui penyakit DBD adalah penyakit berbasis lingkungan jadi sebetulnya dari sisi hulu, teman-teman di lapangan sudah melakukan kerja bakti melalui kepala daerah dan instruksi-instruksi yang sudah dilakukan, termasuk juga sosialisasi sejak awal musim hujan untuk waspada terhadap DBD. Hal itu disampaikan melalui camat dan kelurahan serta desa se Kabupaten Sikka.
Menurut Dominikus, tren penyakit DBD di Sikka itu tertinggi terjadi di Minggu ke-8 bulan Februari sebanyak 181 kasus dan di minggu ke-9. Saat ini, kata dia, sudah terjadi penurunan kasus menjasi 175 kasus. Penurunan itu dinilainya tidak terlalu banyak
“Tren penyakit DBD di Sikka ini paling tinggi pada minggu ke-8 dan minggu ke-9. Atas kasus DBD ini kami juga telah melalukan koordinasi dengan pemerintah daerah untuk menginstruksikan kepada kecamatan, lurah dan desa,” jelasnya.
0 comments:
Post a Comment