Rumah Tangga Miskin di Indonesia Berkisar 76 Juta Keluarga
Rumah Tangga Miskin di Indonesia Berkisar 76 Juta Keluarga |
"Itu berarti masih sekitar 20 persen dari rumah tangga," katanya saat menjadi pembicara kunci pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional 2020 yang dipantau di Jakarta, Selasa, dikutip dari Antara.
Muhadjir mengatakan rumah tangga baru yang miskin rata-rata juga berasal dari rumah tangga miskin sebelumnya. Hal itu terjadi karena adanya pernikahan sesama anggota keluarga miskin sehingga muncul keluarga miskin yang baru. Oleh sebab itu, perlu ada upaya pemotongan mata rantai keluarga miskin di Tanah Air.
"Ini penting, karena kemiskinan itu pada dasarnya atau basisnya adalah di dalam keluarga itu sendiri," katanya.
Tingginya angka kemiskinan berimbas pada proses tumbuh kembang anak yang dilahirkan dari keluarga kurang mampu salah satunya stunting. Anak dengan kondisi stunting memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah daripada yang tidak.
Baca Juga : Waspada Cedera Lutut yang Sering Dialami Para Atlet
"Ketika orang sudah stunting, itu sudah tidak bisa lagi dibenahi kemampuan kecerdasannya," katanya.
Menurut data Bank Dunia 54 persen angkatan kerja Indonesia dulunya terkena stunting saat masih kecil atau pada masa pertumbuhan. Sehingga hal itu berimbas pada rendahnya kualitas angkatan kerja di Tanah Air."Jadi kenapa angkatan kerja kita itu kualitasnya rendah bukan hanya karena intervensi di sektor pendidikan dan kesehatan yang lemah, tapi memang karena asalnya sudah kena stunting," katanya.
Berkaca dari tingginya angka stunting di Indonesia, Muhadjir mengingatkan semua pihak terutama rumah tangga baru agar betul-betul siap dalam menyiapkan generasi emas dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari stunting.
Apalagi, saat ini angka stunting di Indonesia masih di atas 20 persen atau berkisar di angka 27 persen. Presiden, katanya, menargetkan angka stunting tersebut bisa di bawah 20 persen sebelum akhir masa jabatannya.
"Saat ini pemerintah belum mengetahui angka persis stunting di Indonesia karena adanya pandemi COVID-19," kata Muhadjir.
0 comments:
Post a Comment