Tuesday, August 4, 2020

Waspada Cedera Lutut yang Sering Dialami Para Atlet

Waspada Cedera Lutut yang Sering Dialami Para Atlet

Waspada Cedera Lutut yang Sering Dialami Para Atlet
Waspada Cedera Lutut yang Sering Dialami Para Atlet
Informasi Kesehatan Terupdate - Bagi para atlet atau yang sering melakukan olahraga dan aktivitas fisik berat, risiko cedera lutut adalah salah satu yang sering dialami. Lutut menjadi tumpuan sekaligus bagian tubuh yang bekerja keras saat melakukan olahraga, seperti saat lari. Beban yang ditopang lutut ini bisa menyebabkan cedera di bagian ligamen lutut. Area ini adalah pita keras yang menghubungkan tulang dengan tulang di dalam tubuh.

Robekan lutut anterior atau Anterior Cruciate Ligament (ACL) menjadi kasus yang paling banyak ditemukan. Bahkan menurut penelitian di Amerika Serikat, ada sekitar 100 ribu hingga 200 ribu kasus ACL yang putus setiap tahunnya, dengan insiden tahunan 1 dari 3500 populasi, meskipun mungkin lebih tinggi (Gordon MD, Steiner ME, 2004).

Kasus cedera lutut sebaiknya nggak dianggap sepele. Simak penjelasan lebih lengkapnya berikut ini.

Menurut Dokter Bedah Tulang dan Sendi Konsultan Kesehatan Olahraga dan Arthroskopi, Dr. Andi Nusawarta, MKes, SpOT, ACL memiliki dua bundle, yaitu anteromedial bundle (AM) dan posterolateral bundle (PL). AM bundle akan tegang pada posisi fleksi lutut, sementara PL bundle akan tegang pada posisi ekstensi lutut.

Keduanya juga memiliki peran penting tersendiri. AM akan melindungi dan menjaga lutut dalam gerakan ke depan, sementara itu PM melindungi dan menjaga lutut dalam gerakan rotasi.

"Cedera biasanya terjadi karena loncat dengan lutut lurus berlebihan (gaya hiperekstensi), jatuh dengan posisi tulang betis (tibia) terdorong ke belakang terhadap tulang paha, biasanya pada pemain bola yang mengalaminya saat dihadang lawan bermainnya (tackling/tackle), meloncat kemudian mendarat dengan posisi lutut terputar ke dalam (internal rotasi) atau pada saat pemain bola atau atlit sedang berlari dan mendadak terhenti dan lutut berputar (terpelintir / gaya pivoting)," jelasnya.

Kondisi cedera ACL sendiri bisa terjadi saat tibia dan femur berputar di arah yang berbeda saat menopang berat badan secara total. Kasus cedera ACL karena kontak langsung sangat jarang terjadi. Presentasenya sendiri 70-80% mekanisme non kontak, dan hanya 20-30% yang melalui mekanisme kontak (Holland Hospital). Kondisi ini biasanya juga disertai cedera ligament lain dan meniskus (unhappy triad / trias O’Donoghue’s / terrible triad / horrible triad” (kombinasi cedera ACL / MCL dan Meniscus).


Dr. Andi juga menjelaskan, jika mengalami cedera akut, biasanya akan terdengar bunyi ‘pop’ di mana lutut akan membengkak dan atlet nggak bisa melanjutkan pertandingan.

"Pada pemeriksaan fisik khusus seperti tes drawer dan tes lachman akan ditemukan pemeriksaan yang khas menunjukkan adanya cedera ligamen ACL, dan seringkali pemeriksaan tdk bisa dilakukan karena pasien kesakitan dan lutut yang bengkak," ujarnya.

Untuk pemeriksaan fisik sendiri, sebaiknya ditunda sampai bengkak mereda dan pasien sudah tidak kesakitan. Selanjutnya setelah melakukan pemeriksaan fisik, pasien akan melakukan pemeriksaan radiologi x ray dan MRI. Hasil pada pemeriksaan radiologi biasanya normal dan baru pemeriksaan MRI akan mendapatkan gambaran ACL yang robek atau putus.

"Bahkan dengan MRI seringkali dijumpai cedera ligamen lain dan robekan meniscus serta didapatkannya kerusakan tulang rawan," kata Dr Andi.

Ia juga menambahkan jika robekan ACL tidak bisa sembuh dengan sendirinya, sehingga memerlukan tindakan operasi. Penanganan robekan ini tergantung dari beratnya trauma, umur, dan tingkatan aktivitas pasien.

"Pada pasien remaja umur 20 tahunan, tindakan operasi sangat direkomendasikan. Sedangkan pada pasien usia 30 sampai 40 tahunan, operasi direkomendasikan pada individu yang aktif atau pasien dengan cedera ligamen lainnya (misalnya cedera ACL disertai cedera MCL). Pada pasien usia 50 tahunan atau lebih, operasi jarang dilakukan kecuali yang dengan cedera gabungan dengan cedera lainnya (Holland Hospital)," jelasnya.
Baca Juga : Kegunaan Lain Memakai Masker Saat Olahraga di Luar Rumah

Proses cangkok atau Graft untuk menggantikan ACL yang putus bisa diambil dari tubuh pasien itu sendiri (Autograft) atau dari sumber luar (Allograft). Teknik autograft sangat direkomendasikan untuk para atlet atau pasien yang berolahraga secara rutin. Graft ini sendiri bisa diambil dari tendon achiles, tendon harmstring atau tendon patellar.

"Setelah graft diambil lalu dirapikan dan dijahit kemudian pada tibia dan femur dibuat tunnel. Tunnel yang dibuat harus tepat karena sangat menentukan keberhasilan penempatan graft. Selanjutnya graft ditempatkan pada tunnel tersebut (rekonstruksi mengganti ACL yang ruptur)," ujar Dr Andi.

Setelah operasi, penanganan cedera ACL tidak langsung sembuh begitu saja. Rehabilitasi pasca operasi menjadi kunci yang sangat penting untuk mempersiapkan pasien agar bisa kembali aktif seperti semula. Beberapa tahapan rehabilitasi ini memegang peranan penting selama proses penyembuhan.

Setelah operasi hari pertama sampai minggu kedua adalah proses meminimalkan bengkak dan nyeri pada sendi lutut, tungkai dielevasi saat istirahat, memposisikan lutut pasien full ekstensi (dengan brace), mobilitas patella dikembalikan.

"Pada tahap ini boleh latihan fleksi secara pasif (berdiri memegang kursi sambil memfleksikan lutut semampu pasien secara pasif atau sambil tidur tengkurap memfleksikan lutut), pasien boleh berjalan parsial weight bearing dengan menggunakan tongkat (brace terpasang di lutut)," ujarnya.

Di fase ini pasien sudah bisa belajar berjalan secara normal dengan bantuan tongkat. Brace masih terpasang di lutut.

"Latihan hanya boleh dilakukan tanpa pembebanan (sepeda tanpa pembebanan, mengekstensikan full lutut secara aktif dengan menarik kaki menggunakan tali, berjalan dalam kolam renang)," ujarnya.

Pada bulan ini pasien sudah mulai fokus pada latihan penguatan otot atau open kinetic change, yaitu fleksi ekstensi lutut dengan pembebanan dan ankle kaki juga bebas bergerak.

Selanjutnya melakukan latihan proprioseptif yang lebih advance yakni berjalan dengan satu kaki secara bergantian, menangkap dan melempar bola dengan arah yang berbeda.

"Mulai juga latihan berlari dan melakukan aktifitas olahraga spesifik," ujarnya.

Di bulan ini pasien sudah boleh melakukan latihan di tempat terbuka dengan intensitas yang ditingkatkan, lebih berat, penguatan lebih meningkat, dan latihan proprioseptif lebih ditingkatkan lagi). Pasien sudah latihan lari di alam terbuka dan mulai melakukan olahraga spesifik yang ditekuni atau digemari, untuk mempersiapkan diri agar bisa segera aktif kembali dalam olahraga tersebut.

"Selanjutnya pasien sudah bisa kembali aktif seperti sebelum cedera," kata Dr Andi Nusawarta.

Cedera ACL nggak boleh dianggap sepele. Jadi, jika mengalami cedera lutut, kamu bisa segera berkonsultasi langsung dengan dr. Andi Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K)Sports (Dokter Bedah Tulang dan Sendi, Konsultan Kesehatan Olahraga dan Arthroskopi) yang praktek di Rumah Sakit EMC Sentul, Jawa Barat. Sport Clinic di RS EMC Sentul menangani cedera olahraga secara komprehensif dengan alat minimal invasif.

0 comments:

Post a Comment